Beda Roh dan Nafs
Assalamu'alaykum Wr. Wb.
Memang banyak sekali orang yang bercerita
seolah-olah dia sangat mengerti mengenai roh, adapula ulama yang mungkin tanpa
disadarinya telah keliru memberikan pengertian tentang roh kepada masyarakat,
sehingga manakala ada yang kerasukan Jin maka dia telah disebut kemasukan roh
halus, roh nenek moyangnya, roh gentayangan dan sebagainya sehingga kemurnian
ajaran Islam sebagai agama fitrah semakin terpuruk, bercampur dengan mitos,
tradisi maupun sisa-sisa kepercayaan yang masih mengakar kuat ditengah
masyarakat. Belum lagi maraknya sinetron misteri ataupun reality show yang
mengedepankan penampakan Jin dengan embel-embel agama. Padahal Allah sendiri
didalam al-Qur’an telah
berfirman :
Dan mereka akan bertanya kepadamu tentang roh.
Jawablah : ‘Roh itu masalah
Tuhanku; dan kamu tidak diberi ilmu mengenainya kecuali sedikit saja’ – Qs. 17 al-Israa : 85
Bahwa untuk bisa berbicara terlalu jauh dan
detil mengenai roh rasanya sangatlah mustahil sebab Allah secara khusus sudah
membatasi pengetahuan manusia mengenai hakekat roh, mungkin pembatasan ini
diberikan karena sedemikian kompleks dan rumitnya permasalahan tersebut untuk
bisa diterima oleh akal manusia sekalipun misalnya hal itu tetap bisa untuk
dijabarkan. Hidup manusia yang nyata didunia adalah jauh lebih berguna dan lebih
patut untuk mendapat perhatian ketimbang mengurusi masalah Roh ini.
Roh, meskipun tidak banyak yang bisa kita
bicarakan namun al-Qur’an
telah mengulang istilah ini sebanyak 24 kali dengan berbagai konteks dan makna
namun uniknya semuanya itu merujuk pada sesuatu yang mulia, tinggi, bersih dan
terhormat. Tidak pernah kita dapati istilah roh yang disiksa, mengikuti
syahwatnya atau ternoda. Dalam penyebutannya juga al-Qur’an tidak melekatkan istilah roh sebagai
milik suatu makhluk tertentu akan tetapi langsung dinisbatkan kepada Allah.
Maka apabila Aku telah menyempurnakan
kejadiannya dan telah meniupkan kedalamnya roh-Ku; maka tunduklah kamu kepadanya
dengan bersujud – Qs. 15
al-Hijr : 29
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan
kedalamnya roh-Nya, lalu Dia menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan
hati namun sedikit sekali dari kamu yang bersyukur – Qs. 32 as-Sajdah : 9
Sebuah jasad tanpa roh maka jasad itu akan
mati, tidak mampu bergerak tidak kuasa untuk menarik nafas dan dalam hitungan
jam tubuhnya akan kaku karena darah berhenti mengalir. Orang yang sedang tidur
bukan berarti roh yang ada didalam jasadnya sedang keluar, sebab bila demikian
adanya berarti saat dia tidur maka dia seharusnya mati dalam pengertian yang
sesungguhnya tapi kenyataannya saat seseorang tertidur, dia masih bisa bergerak
membalikkan badan, jantungnya masih berdenyut, mulutnya masih bisa mengeluarkan
suara mendengkur dan malah tidak jarang orang yang tidurpun bisa tiba-tiba
tertawa ataupun menangis bahkan buang air kecil tanpa disadarinya, semua ini
mengindikasikan kepada kita bahwa tidur bukanlah suatu keadaan dimana roh
meninggalkan badan.
Oleh karena itulah saat menceritakan kisah
ashabul kahfi, al-Qur’an
menyebut mereka bukan dalam keadaan mati dimana roh penghuni jasadnya dicabut
Allah tetapi disebut bahwa mereka sedang tidur dan ciri bahwa mereka tidur
adalah tubuh mereka bergerak berbalik-balik.
Dan kamu mengira mereka itu sadar padahal
mereka tidur ; dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang
anjing mereka melunjurkan dua kaki depannya dipintu gua. ; Jika kamu melihat
mereka niscaya kamu akan berpaling dan lari dengan penuh ketakutan terhadap
mereka. – Qs. 18 al-Kahf : 18
Kejadian ashabul kahfi yang tidur selama 309
tahun ini mungkin bisa dihubungkan juga dengan teori relativitasnya Einstein
seperti yang pernah kita bahas dalam pembicaraan Isra’ Mi’raj Nabi, dimana objek yang bergerak
mendekati kecepatan cahaya akan mengalami perlambatan waktu dengan objek yang
memiliki kecepatan statis, tubuh para pemudia ashabul kahfi mungkin digetarkan
oleh Allah molekul-molekulnya mendekati kecepatan cahaya sehingga tubuh mereka
bergetar dan membalik-balik agar tahan terhadap perubahan waktu diluar gua yang
berjalan lambat sehingga kita yang melihat mereka bagaikan melihat sinar yang
berkilatan dan sesuai isi akhir ayat ini kejadian tersebut pasti akan membuat
kita lari ketakutan; Bukti dari kebenaran teori ini adalah usia mereka ketika
bangun sama seperti saat mereka tidur padahal waktu yang berjalan diluar gua
sudah berlalu 309 tahun.
Dengan demikian roh itu bisa kita ibaratkan
sebagai energi listrik yang mengisi baterai pada sebuah ponsel yang membuatnya
bisa hidup dan mengadakan komunikasi secara wajar. Roh adalah energi kehidupan,
dia adalah listrik pembangkit sumber daya bagi semua makhluk Allah. Manakala
listrik ini mati, maka akan hilanglah kehidupan, meskipun perangkat televisi
masih tetap ada, provider jaringan masih tetap eksis dan ponsel masih dalam
keadaan layak pakai, tetapi tanpa keberadaan energi listrik yang mengisinya maka
semua menjadi tidak berguna. Jasad yang masih muda, segar tanpa cacat tidak akan
bisa melakukan aktifitas apapun walau hanya untuk menarik nafas dalam hitungan
milidetik bila roh sudah meninggalkannya.
Allah mewafatkan nafs pada saat kematiannya,
dan nafs orang-orang yang belum mati didalam tidurnya, maka Allah yumsik
(menahan) nafs yang sudah ditetapkan baginya kematian, dan melepaskan yang lain
(orang yang tidur) sampai pada batas waktu tertentu - Qs. 39 az-Zumar : 42
Ayat diatas ini menceritakan seputar kekuasaan
Allah terhadap diri manusia yang mampu membiarkan seseorang tetap hidup ataupun
menentukan kapan dia harus mati. Menariknya ayat tersebut telah memperkenalkan
istilah Nafs yang oleh sebagian besar ahli tafsir diterjemahkan dengan kata jiwa
ataupun nyawa.
Inti ayat ini bahwa orang tidur pada dasarnya
rohnya tetap ada, bisa dibuktikan dengan gerakan, igauan maupun helaan napas.
Pada kondisi ini Nafs yang bersangkutan dibiarkan lepas kealam imajinasi, alam
bawah sadar atau juga sebuah alam metafisika terlepas dari jasad phisiknya yang
sedang berbaring untuk menjalani berbagai pengalaman melalui mimpi-mimpinya.;
Bahkan kemampuan orang-orang yang melatih ilmu proyeksi astral (meraga sukma)
tidak lain dari perbuatan yang dilakukan dalam rangka melepaskan Nafsnya dari
tubuh kasarnya.
Sebaliknya Nafs yang sudah diwafatkan oleh
Allah berarti Nafs yang bersangkutan sudah ditahan oleh Allah untuk tidak dapat
lagi melakukan petualangan dialam bawah sadar melalui mimpi-mimpinya maupun juga
melalui proyeksi astral secara sengaja. Proses pembatasan Nafs ini ditandai
dengan dihilangkannya roh yang berfungsi membangkitkan kehidupan bagi jasad dan
Nafs.
Karena itulah kita tegaskan lagi bahwa dongeng
arwah gentayangan maupun roh penasaran tidaklah bisa dibenarkan, semua itu
hanyalah tipu muslihat dari Jin yang sudah menjadi bawahan Iblis. Semua suara
yang keluar dari benda mati, suara tanpa wujud sampai pada fenomena penampakan
tidak lebih dari perbuatan setan yang ingin menyesatkan pemahaman manusia dari
jalan Tuhannya.
Orang yang sudah wafat selamanya tidak akan pernah bisa kembali dalam kehidupan nyata didunia, masanya untuk berkiprah melangsungkan kegiatan duniawi sudah berakhir, roh suci yang menjadi energi pembangkit kehidupan sudah hilang kembali kepada Allah. Tanpa roh, nafs tidak akan mampu menggerakkan jasadnya, tanpa roh nafs akan menjadi terhalang kembali kealam duniawi.
Jika Nafs mampu bergentayangan selepas kematian
jasadnya, tentu keseimbangan alam semesta ini akan rusak binasa, jutaan nafs
yang kehilangan tubuh materilnya dari jaman kejaman akan berebut merasuki semua
tubuh makhluk hidup dan mengusir nafs yang menghuni jasad tersebut. Sungguh akan
menjadi lelucon paling lucu yang pernah ada. Oleh sebab itu, Islam tidak
mengenal istilah reinkarnasi maupun penitisan sebagaimana yang bisa dijumpai
pada beberapa agama bumi. Kitab suci al-Qur’an jelas mengatakan bahwa antara orang
yang sudah wafat dengan orang yang masih hidup didunia ini tidak akan bisa
saling mencampuri lagi karena diantara mereka ada batasan yang disebut barzakh.
Hingga apabila datang maut kepada seseorang
dari mereka, ia berkata : Ya Tuhanku ... kembalikanlah aku kedunia, supaya aku
berbuat baik dalam urusan yang telah aku sia-siakan sebelumnya.; Tidak
sekali-kali !!! Sesungguhnya yang demikian itu hanyalah perkataan yang
diucapkannya saja, padahal diantara mereka (dan dunia) ada dinding (barzakh)
sampai mereka dibangkitkan. -- Qs. 23 al-Mu’minun : 99 – 100
Ruh selamanya akan tetap suci tak bernoda,
sebaliknya Nafs kitalah yang kelak akan mempertanggung jawabkan semua
kelakuannya semasa hidup hingga kematian menjemput dihadapan Allah dihari akhir.
Wahai, Nafs yang tenang, kembalilah kepada
Tuhanmu dengan keadaan ridho dan diridhoi; bergabunglah kedalam kelompok
hamba-hambaKu lalu masuklah kedalam syurga-Ku - Qs. 89 al-Fajr : 27-30
Dan Nafs serta yang menyempurnakannya, lalu
mengilhamkan kepadanya jalan kesesatan dan jalan kebenaran; maka berbahagialah
orang yang membersihkan (Nafs) tersebut serta celakalah orang yang mengotorinya.
- Qs. 91 asy-Syams : 7-10
Wassalam,
Armansyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar